Sebuah Kisah Tentang Perjalanan Cinta oleh Ardi Norman Prasetyo

Sebuah Kisah Tentang Perjalanan Cinta

Kebodohanku adalah ketika membiarkanmu berlabuh di hati selain aku. Melepaskanmu dengan kekanak-kanakan, dan aku tak ingin mengulang kebodohan masa itu.

Saat temu pertama setelah sekian tahun terbelenggu dengan kisah baru, aku merasa kaku. Kelu lidah ini untuk berkata, akhirnya basa-basi menyapa dengan hanya menyebut nama.

"Eh Auliya.." sapaku singkat.
"Eh Norman, kerja di sini?" balas Aulia dengan senyum yang membuat aku diabetes.
"Iya nih. Baru 3 bulan ini."

Jadi ceritanya, aku bekerja di sebuah restoran, lalu Auliya datang sebagai karyawan baru. Singkat cerita, kami saling bertukar cerita masa lalu. Dan bertukar pin bbm tentunya. Kalau nggak salah Auliya datang di bulan September 2014.

Hari demi hari aku lewati dengan biasa, nggak ada rasa ingin memperbaiki kisah lama yang membuatnya kecewa, karna saat itu aku masih merasa jatuh cinta dengan wanita yang nggak pernah menganggap aku ada.

Kami mengobrol, bercerita, bercanda layaknya teman biasa, nggak ada pikiran untuk jatuh cinta lagi.

Baru setelah awal tahun 2016, tepatnya setelah pindahan ke tempat kerja baru, aku mulai tertarik untuk mengenal (lagi) Auliya lebih dekat.

Langkah pertama, nanyain kabar dia, udah makan apa belum, udah solat apa belum, dan yang paling alay, "Udah mikirin aku apa belum?"

Yang namanya pindahan ke tempat baru, pasti ada ribet-ribetnya ngatur letak barang-barang. Jabatan aku saat itu bagian gudang. Jadi ada ruang kerja sendiri.

Pas lagi pusing-pusing dengan kerjaan, orang keluar masuk ruangan, pintu gudang aku tempelin kertas dengan tulisan, "SELAIN AULIYA DILARANG MASUK!" Karna cuma Auliya yang bisa bikin kerjaan jaid kelar, dengan sekali kedipan.

Yes, she's my moodbooster. Dan aku pikir, aku mulai jatuh cinta (lagi) dengan Auliya. Lagi dan lagi. Karna apa?

Pertemuan yang nggak disengaja, setelah sekian tahun nggak bertatap muka, itu bukan kebetulan belaka. Jodoh memang Tuhan yang menentukan, tapi proses kita yang menjalankan.

Aku percaya dengan proses yang baik, hasilnya juga pasti akan baik. Tentunya bukan karna itu aja, lebih dari itu. Aku mengagumi dia dari caranya bersikap, menyukai dia dari caranya bercanda, mencintai dia dari kekurangan dan kelebihannya.

Akhirnya aku memberanikan diri menyatakan cinta, dengan pengalaman menyatakan cinta lewat sms, tentu ini bukan perkara mudah. Perlu latihan yang dikomandoi TNI untuk dapat mental yang baik.

Tapi itu nggak perlu, latihan di depan cermin udah bisa sedikit membantu. Mungkin nanti kalau minta restu ke orangtuanya, latihan dengan TNI bisa dipertimbangkan.

"Auliya, kita udah lama kenal, tapi udah lama juga berpisah, sekarang kita dipertemukan kembali. Aku sayang kamu, Auliya. Maaf kalau dulu aku bodoh. Sekarang aku mau serius dengan kamu. Apa yang kita jalanin saat ini, anggap aja proses. Kalau kita udah sama-sama siap, aku datang ke Mama." kataku saat itu.

Dengan sedikit tersenyum dan mata yang berbinar-binar, mungkin, karna saat itu aku juga udah ngantuk, Auliya menjawab dengan, "Ya!" Sambil standing applause.

Akhirnya kami kembali dekat, dalam arti sama-sama menjaga hati dan menutup hati untuk orang lain.

Nggak terasa udah hampir 1 tahun hubungan ini berjalan. Banyak hal-hal yang kami lewati. Aku jadi tahu apa yang Auliya suka, apa yang Auliya mau, dan apa yang Auliya paling benci: menunda pekerjaan dan ingkar janji.

Auliya sering ngomel kalau apa yang aku rencanakan nggak segera terealisasi. Karna kata dia, laki-laki itu yang dipegang omongannya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama