Mengenang Masa Kecil: Perang Dengan RT Tetangga di Hari Lebaran

Perang Dengan RT Tetangga di Hari Lebaran
Kira-kira seperti ini ekspresi kami saat pegang senjata. (sumber: Okezone)

Mengenang Masa Kecil kalau disingkat, MMK, adalah kolom dimana saya berbagi kisah yang pernah saya alami sewaktu kecil. Kolom ini ngga punya jadwal, tergantung mood dan waktu luang.

Sedikit nostalgia, dulu saat masih belum akil baligh, saya sering ngumpul dengan teman-teman dan membuat gangster, ya kalian ngga salah baca, gangster yang dimaksud bukan kayak gangster brutal yang di jalan-jalan itu.

Kami membuat gangster dengan tujuan membenci anak-anak RT sebelah, tahu sendiri kalau masa yang paling ngga jelas adalah masa anak-anak. Dimana saat itu sedang maraknya penjualan senjata "ilegal" berpeluru plastik yang biasanya ramai dijual menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Perang Dengan RT Tetangga di Hari Lebaran

Setiap lebaran tiba, kami selalu merencanakan "perang saudara" untuk membuktikan RT mana yang paling hebat.

Tentu saja aksi ini mendapat pertentangan dari para orang tua, tapi kami ngga peduli, yang kami tahu kami ingin menunjukkan siapa yang paling hebat dan cara kekerasan adalah jalan yang kami pilih.

Ngga jauh beda dengan bocah-bocah yang sering terciduk tawuran oleh Tim Jaguar maupun Tim Prabu di acara 86. Bedanya hanya pada senjata, mereka dengan celurit dan samurai, kami hanya menggunakan pistol plastik dengan jarak tembak kurang lebih 10 meter.

Untung saat itu belum ada Tim Jaguar cabang Pekanbaru, kalau udah ada pasti saya dan teman-teman habis dibentak-bentak.

Aksi "perang saudara" ini sudah jadi kegiatan rutin di hari raya. Ngga jarang perang antar RT ini berlangsung hingga malam tiba, tentunya ada jeda setiap adzan berkumandang.

Biasanya kami berunding untuk berhenti sejenak, pulang makan dan melaksanakan solat. Setelah itu perang kembali berlanjut hingga kami dibubarkan oleh warga yang membawa parang.

Bermodalkan celana gombrang kepanjangan, baju baru yang label harganya kadang suka lupa dilepas, kami berjalan menuju titik temu layaknya sekumpulan mafia.

Di tangan kami ada senjata dengan jenis berbeda, saya lebih suka jenis pistol karena lebih ringan dan terlihat keren. Tak lupa dengan laser yang bisa menambah keakuratan tembakan.

Padahal jarak tembaknya hanya beberapa meter saja. Tapi menurut saya itu keren karena menembak dari jarak dekat bisa memberikan sensasi lebih.

Selain itu karena ngga ingin mata buta terkena tembakan, kami semua sepakat menggunakan helm berstandar SNI. Ya, layaknya sedang berada di medan perang, kami siap mempertaruhkan segalanya demi RT tercinta.

Perang antar RT dimulai, stok peluru plastik siap di saku baju sebelah kiri. Senjata sudah dikokang, kami perlahan maju ke area musuh.

Beberapa saat kemudian..

Duar! Saya terkena tembakan tepat di bawah matah, rasanya lumayan sakit. Meskipun sudah sepakat menggunakan helm, tapi saat itu saja ngga bawa helm.

Dengan kejadian itu teman-teman saya marah, seakan ngga terima temannya tertembak, kami melancarkan pembalasan, mencari tahu siapa yang berani menembak bocah bercelana gombrang dan baju kemeja putih ini.

Bersambung...

2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama